Wednesday, May 2, 2007

UNTUKMU SAUDARAKU….....

Sebagian ikhwah telah menemukan syahid di jalan Allah, baik di medan laga maupun medan da’wah. Mereka telah memenuhi janji Allah SWT. Sebagian ikhwah yang lain sedang menunggu giliran dan mereka tetap istiqomah dalam jalan da’wah. Namun, tidak sedikit ikhwah yang harus tertatih, terseok seok dalam penatnya jalan panjang ini.

Ujian memang kemestian dalam da’wah. Hanya terkadang kita mampu tegar, bahkan kuat ketika dihantam dengan rekayasa kasar seperti intimidasi, pemenjaraan dan penyiksaan. Yang repot adalah, ketika rekayasa kasar itu berubah menjadi rayuan manis tentang nikmatnya hidup didunia dalam kemudahan materi. Terlebih lagi di mihwar muassasi, di era partai ini…

Dan sekarang ujian itu perlahan menghampiri kita. BCAD (bakal calon anggota dewan) misalnya, penjaringan kandidatnya sedang kita lakukan untuk kemudian nanti ditetapkan sebagai CAD (calon anggota dewan). Ini tidak berarti menjadi dewan bukanlah bagian dari perjuangan da’wah kita. Tidak sama sekali! Mereka yang sudah masuk dan yang terpilih nanti adalah kader kader terbaik jamaah ini dalam kapasitasnya sebagai wakil rakyat. Tetapi tetap sebagai manusia biasa, kita semua mesti mewaspadai lintasan lintasan syaithan yang begitu cepat bermain. Apakan dalam bentuk himpitan ekonomi, godaan keluarga, desakan orang tua yang menganggap bahwa menjadi anggota dewan memberikan kepastian masa depan, atau sesuatu yang kita anggap prestise sampai mengorbitnya nama kita dalam da’wah merupakan cita cita tertinggi. Na’udzubillah.

Saudaraku…

Tulisan ini hanyalah sebuah tausyiah yang menyembul dari relung hati paling dalam, ungkapan cinta yang kutujukan kepada saudara-saudaraku,…saudara dalam susah dan senang di medan da’wah. Kepada mereka yang mengorbankan segenap jiwa dan raga demi tegaknya Islam. Untaian nasehat ini, didalamnya terangkum kecintaan, kasih sayang, dan persaudaraan tulus atas dasar cinta pada Allah.

Saudaraku yang kucintai….

Semoga Allah merahmatimu. Mungkin kita pernah bersama merasakan kegelapan hidup. Kegelapan yang membawa kita pada lubang kehacuran. Kegelapan yang mendorong kita mereguk dunia fana ini dengan nafsu. Kegelapan yang menghanyutkan kita pada virus ‘cinta dunia dan takut mati’. Dikegelapan inilah kita sering bertikai memperebutkan sesuatu yang pasti musnah. Dikegelapan inilah kita saling memamerkan diri hanya untuk popularitas semu belaka. Dan dalam kegelapan inilah kita saling menelikung, menghalalkan segala cara demi ambisi yang tak terpuaskan.

Saudaraku…

Maha Suci Allah, yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya . Akhi, dengan izin Allah kita keluar dari kegelapan yang pekat pada cahaya terang benderang, cahaya Islam. Lalu, lewat tarbiyah berbilang tahun kita dituntun-Nya sehingga memperoleh cahaya da’wah, bergabung dalam harakah da’wah. Cahaya inilah yang membawa kita untuk saling bersama dalam cita dan gita. Cahaya yang membawa kita untuk merendahkan diri terhadap sesama tanpa rasa kerdil.

Cahaya yang menuntun kita untuk saling bersatu bagai tubuh demi memburu satu ambisi, yaitu kejayaan islam. Dalam cahaya inilah kita tebas kemaksiatan, penyimpangan serta menghadang kezhaliman. Dalam cahaya inilah kita berbai’at untuk menjual diri di jalan da’wah demi kemashlatan islam (QS: 9/111). Dalam cahaya ini kita cintai Allah, Rasul dan Jihad diatas kecintaan terhadap yang lain meski nyawa taruhannya (QS: 9/24). Dalam cahaya ini kita cicipi dunia bagaikan mujahid yang singgah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dan dalam cahaya inilah kita akan sampai kepada kebahagiaan sejati, duduk dipangkuan Ilahi….

Saudaraku…

Marilah kita langkahkan jalan panjang ini dengan ikhlas, semata memurnikan ketaatan kepada Allah. Akhi, janganlah sekali kali dalam da’wah punya maksud-maksud tersembunyi yang pada akhirnya akan menjatuhkan kita dalam kehinaan. Jika dalam aktivitas da’wah kita mencari kekayaan, sungguh harta itu nanti akan dimintai pertanggungjawaban dari mana dan kemana ia dibelanjakan. Dalam islam harta harus diinfaqkan, zakatkan dan shodaqohkan kepada yang berhak, sehingga tidak bisa kita ‘cengkeram’ seluruhnya.

Jangan juga jadi kader yang tahan banting dalam kesulitan tapi loyo tak berdaya saat mendapat kenikmatan. Berapa banyak kader berta’awun, tafahum, takaful, juga itsar ketika merintis bisnis bersama, namun ‘tidak siap’ saat menuai hasil, saudara seperjuangan pun berubah menjadi musuh yang pantas dilumatkan?! Ingatlah kesedihan Abdurrahman bin Auf ketika dikabarkan akan masuk syurga dalam keadaan merangkak disebabkan hartanya. Padahal dia adalah sahabat nabi yang telah mengorbankan hampir semua hartanya, bahkan jiwanya untuk islam. Apalagi kita yang telah banyak melewati generasi, yang selalu berhitung antara berkorban untuk da’wah atau keluarga padahal sesungguhnya sudah ada alokasi waktunya.

Sekali lagi akhi, jangan kita terperdaya oleh silaunya harta dunia, ingatlah:

“…Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS: 3/185)

Saudaraku…

Kita susuri jalan terjal ini dengan ikhlas. Jika dalam da’wah kita mencari kekuasaan, sungguh pada saat ini dunia islam mengalami kemunduran. Umat islam dihina, diusir, dibantai dan tertindas di muka bumi. Kekuasaan itu akan dimintai pertanggungan jawaban pada pengadilan Allah. Apakah kita dapat berlaku adil dan amanah. Janganlah pada mihwar ini, dimana fasilitas hidup seolah terbuka luas dihadapan kader membuat orientasi da’wah kita bergeser jauh. Jangan pula rentang kompromi begitu melebar saat tawaran tawaran kekuasaan datang dari berbagai penjuru. Berapa banyak idealisme kader yang dahulu dipertahankan mati matian, rontok tak tersisa bagaikan daun yang berguguran dari pohonnya disaat da’wah masuk dalam kekuasaan.

Ingatlah Umar bin Khattab ketika ia memikul sendiri karung makanan untuk seorang ibu dan anaknya yang kelaparan. Pembantu Umar berkata, “Wahai amirul mukminin biarlah saya yang memikulnya.” Dijawab oleh Umar, “Apakah engkau sanggup memikul dosaku dihadapan Allah nanti?” Sebuah pertanyaan singkat namun besar dalam makna. Akhi, yang menginginkan kekuasaan, apakah kita sanggup menjadi orang yang lapar pertama kali ketika umat sedang mengalami kelaparan atau menjadi orang yang kenyang paling akhir ketika umat dalam kemakmuran dalam kepemimpinan kita. Sanggupkah kita berperang digaris terdepan ketika harus berhadapan dengan musuh musuh Allah sebagaimana pemuda pemuda Palestina telah mengukir seni kematian yang paling spektakuler dalam sejarah modern.

Saudaraku…

Marilah kita tapaki jalan yang penuh berkah ini dengan ikhlas semata karena Allah. Terlalu banyak nikmat dan karunia yang Allah limpahkan, jauh lebih besar dari ujian da’wah yang diberikan-Nya kepada kita. Syukuri nikmat da’wah dan jamaah ini karena sekeruh keruhnya hidup berjamaah masih lebih baik dari sebening beningnya hidup sendiri, begitu pesan sayidina Ali.ra. Setelah Allah SWT, lewat jamaah ini kita merasakan nikmatnya islam, iman dan ukhuwah. Setelah Allah, berkat jamaah ini kita dapatkan istri yang shalehah dan juga suami yang saleh. Ya, nikmat Allah yang manalagi yang kita ingkari? Karenanya, syukurilah semua nikmat ini dengan tetap istiqomah dijalan da’wah.

Saudaraku…

Marilah kita lalui jalan para nabi dan syuhada ini dengan ikhlas. Janganlah berharap sesuatu yang rendah. Suatu pandangan manusia yang kita harapkan dalam ibadah kita. Sungguh, jika demikian jadilah kita orang orang yang merugi. Nilai kita akan nol dihadapan Allah. Sungguh jika kita berharap pada selain Allah dan menyangka diri kita telah berbuat kebaikan tidak lain adalah siksa yang pedih (QS: 3/188)

Akhi…jika ikhlas, apapun posisi kita, apapun jabatan yang diamanahkan dalam da’wah adalah mulia.

“Ada orang yang rambutnya keriting dan berdebu, tidak pernah diperhatikan banyak orang, tetapi jika bersumpah atas nama Allah, ia akan bekerja sungguh sungguh” (Khalid bin walid)

Selamat berjuang…..


Tengku Iwan
http://www.pks-kotatangerang.or.id




Related Posts by Categories



Widget by Scrapur

0 komentar:

 
© Copyright by 8 PKS - Bersih, Peduli, Profesional  |  'Biar Kempes Tetep Pilih PKS' by Admin