Tuesday, May 22, 2007

KONSEP KEBERKAHAN

Tersebutlah ada seorang preman yang bernama Danu, ia adalah preman pasar yang selalu minta jatah keamanan kepada para pedagang, ia tidak mau tahu apakah pedagang tersebut sudah dapat “penglaris” atau belum, ia hanya tahu jatahnya seribu rupiah setiap lapak. Suatu hari ia ditegur oleh H. Ma’mun, seorang ustadz yang juga pedagang sayuran di pasar anyar, pasar tradisional di kota Benteng. Umurnya separuh baya, lembut tutur katanya, berwibawa hingga Danupun segan terhadapnya. Di sela-sela kesibukannya berdagang ia sering mengajak kawan-kawannya dan siapapun yang ia kenal di pasar tersebut untuk kembali kepada Allah, menegur mereka yang kelihatan curang dalam menimbang dan mengajak mereka untuk selalu shalat di masjid pasar.


Tak luput Danu pun diajaknya agar bertaubat dari preman menjadi orang biasa yang mencari nafkah secara wajar, halal dan diridhoi Allah. Dengan enteng ia menjawab: “Waduh pak haji… hari gene mah nyari yang haram saja susah, apalagi yang halal.. udeh ente urusin diri ente aja dulu gapain repot-repot ngurusin ane…”

Pak haji memaparkan kepadanya sebuah ayat Qur’an surat An Nisaa’ ayat 29:

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta antara kamu dengan cara yang batil, kecuali perniagaan yang terjadi dengan suka sama suka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”

Setelah itu pak Haji yang berwibawa itu menawarkan sesuatu kepada Danu,” ente mau cari yang halal, nih ana modalin dagang sayuran, asal ente tahu ya… yang ngasih rizki itu bukan siapa-siapa tapi Allah, kenapa tidak berharap akan kebesaran-Nya, kenapa tidak meminta kepada-Nya?”. Setelah pendekatan dakwah yang sangat menyentuh hati, dan solusi alternatife dari Pak Haji, akhirnya Danu menangis dan mau mencari uang dengan cara yang halal agar keberkahan Allah selalu menyertai hidupnya. Karena selama ini yang ia rasaka hanyalah kenikmatan sesaat tapi hati tidak pernah tenang, pikiran selalu kusut dan rumah tangganya berantakan.

Saudara pembaca kajian wisatahati, Kapan uang tidak mendatangkan ketenangan…? Manakala ia kehilangan keberkahannya. Kapan jabatan dan kekuasaaan tidak menadapatangkan ketenangan da kebahagiaan…? Manakala ia kehilangan keberkahannya. Kapan pekerjaan dan usaha justru menjadikan kita manusia-manusia yang kehilangan kebahagiaan untuk diri kita dan keluarga kita sendiri…? Ini juga sangat mungkin terjadi sebab kita kehilnagn apa yang dinamakan keberkahan. Terus kita pun harus paham, bahwa biji yang tumbuh di atas benih yang haram tidak akan berguna sama sekali di sisi Allah. Malah ia akan membawa kehancuran bagi kehidupan kita sendiri.

Ibnul Qoyyim Al-Jauzi, Ulama besar abad VII H memaparkan bahwa harta itu ada empat macam, yang pertama, harta yang didapatkan dari ketaatan kepada Allah lalu dinafkahkan pada hak Allah, itulah sebaik-baik harta. Kedua, harta yang didapatkan dari maksiat kepada Allah dan dinafkahkan kepada hal yang mengandung maksiat pula, maka itulah seburuk-buruk harta. Ketiga, harta yang didapatkan dengan meyakiti sesame muslim dan dikeluarkan juga untuk menyakiti sesame muslim, maka dia juga aklan mengalami hal yuang serupa. Empat, harta yang didapatkan dari hal yang mubah, tetapi dinafkahkan kepada yang mubah pula, maka harta itu bukan miliknya,bukan pula menjadi beban baginya, dan itulah asal mula harta.

Nampaknya, konsep keberkahan, yang terkait dengan rasa syukur, serta menghindari sesuatu yang haram dan syubhat menjadi sangat penting kita pahami, dan sangat penting untuk kita ingat kembali. Supaya kebahagiaan tidak sebentar berganti duka lara, suupaya tawa tidak sebentar menjadi tangisan pilu. Sebab dua hal, yaitu merihnya dengan cara yang tidak benar (haram), atau memanfaatkannya dengan jalan yang tidak benar.



Related Posts by Categories



Widget by Scrapur

0 komentar:

 
© Copyright by 8 PKS - Bersih, Peduli, Profesional  |  'Biar Kempes Tetep Pilih PKS' by Admin