Tersebutlah ada seorang preman yang bernama Danu, ia adalah preman pasar yang selalu minta jatah keamanan kepada para pedagang, ia tidak mau tahu apakah pedagang tersebut sudah dapat “penglaris” atau belum, ia hanya tahu jatahnya seribu rupiah setiap lapak. Suatu hari ia ditegur oleh H. Ma’mun, seorang ustadz yang juga pedagang sayuran di pasar anyar, pasar tradisional di kota Benteng. Umurnya separuh baya, lembut tutur katanya, berwibawa hingga Danupun segan terhadapnya. Di sela-sela kesibukannya berdagang ia sering mengajak kawan-kawannya dan siapapun yang ia kenal di pasar tersebut untuk kembali kepada Allah, menegur mereka yang kelihatan curang dalam menimbang dan mengajak mereka untuk selalu shalat di masjid pasar. |
Tak luput Danu pun diajaknya agar bertaubat dari preman menjadi orang biasa yang mencari nafkah secara wajar, halal dan diridhoi Allah. Dengan enteng ia menjawab: “Waduh pak haji… hari gene mah nyari yang haram saja susah, apalagi yang halal.. udeh ente urusin diri ente aja dulu gapain repot-repot ngurusin ane…” Pak haji memaparkan kepadanya sebuah ayat Qur’an surat An Nisaa’ ayat 29: Setelah itu pak Haji yang berwibawa itu menawarkan sesuatu kepada Danu,” ente mau cari yang halal, nih ana modalin dagang sayuran, asal ente tahu ya… yang ngasih rizki itu bukan siapa-siapa tapi Allah, kenapa tidak berharap akan kebesaran-Nya, kenapa tidak meminta kepada-Nya?”. Setelah pendekatan dakwah yang sangat menyentuh hati, dan solusi alternatife dari Pak Haji, akhirnya Danu menangis dan mau mencari uang dengan cara yang halal agar keberkahan Allah selalu menyertai hidupnya. Karena selama ini yang ia rasaka hanyalah kenikmatan sesaat tapi hati tidak pernah tenang, pikiran selalu kusut dan rumah tangganya berantakan. Saudara pembaca kajian wisatahati, Kapan uang tidak mendatangkan ketenangan…? Manakala ia kehilangan keberkahannya. Kapan jabatan dan kekuasaaan tidak menadapatangkan ketenangan da kebahagiaan…? Manakala ia kehilangan keberkahannya. Kapan pekerjaan dan usaha justru menjadikan kita manusia-manusia yang kehilangan kebahagiaan untuk diri kita dan keluarga kita sendiri…? Ini juga sangat mungkin terjadi sebab kita kehilnagn apa yang dinamakan keberkahan. Terus kita pun harus paham, bahwa biji yang tumbuh di atas benih yang haram tidak akan berguna sama sekali di sisi Allah. Malah ia akan membawa kehancuran bagi kehidupan kita sendiri. Nampaknya, konsep keberkahan, yang terkait dengan rasa syukur, serta menghindari sesuatu yang haram dan syubhat menjadi sangat penting kita pahami, dan sangat penting untuk kita ingat kembali. Supaya kebahagiaan tidak sebentar berganti duka lara, suupaya tawa tidak sebentar menjadi tangisan pilu. Sebab dua hal, yaitu merihnya dengan cara yang tidak benar (haram), atau memanfaatkannya dengan jalan yang tidak benar. | |
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =)) Post a Comment